Seminggu belakangan ini warga kampungku mendapat hiburan baru, melihat banjir lahar dingin di kali Boyong. Debit air sungai meningkat tajam, arusnya sangat deras, deburan airnya seperti ombak di lautan, indah sekali. Kami semua tak henti-henti memandanginya. Kami terhibur, kendati hati ini was-was juga, bagaimana jika nanti tanggul jebol dan kampung kami terendam banjir? Atau bagaimana jika tanggul jebol dan longsor menenggelamkan rumah-rumah yang tepat bertengger di atas tebing? Risiko itu tak terlampau mengganggu keasyikan kami. Bahkan kami sejenak lupa oleh sesak napas akibat hujan debu dan pasir Merapi yang mewarnai hari-hari kami sebelumnya. malamnya, ketika kami menyaksikan siaran televisi, aduh mak... ternyata banjir lahar dingin yang menghibur kami, menjadi bencana bagi warga di belahan hilir. Rumah-rumah mereka terendam banjir, tertimbun pasir, perabotan hancur dan tak sedikit yang terbawa arus. Para penghuninya mengungsi ke tempat aman. Antara hiburan dan bencana hanya beda tipis, bahkan keduanya berasal dari obyek yang sama.