Senin, 29 November 2010

Penjual Gerabah

Ruang ini memuat hal-hal atau apa saja dari hasil pengamatan lapangan yang unik, yang langka, yang terpinggirkan.  Di akhir tulisan ada pertanyaan atau pernyataan yang bisa Anda komentari dan jawab. Trimakasih..... 

Di pasar tradisional tempat aku belanja setiap dua hari,  ada penjual aneka gerabah.  Sewaktu saya kecil, seingat saya penjualnya wanita setengah baya.  Ketika aku menginjak remaja si penjual kian menua.  Suatu kali ketika aku menginjak dewasa, si penjual diganti wanita muda.  Kini tatkala aku sudah beberapa tahun berkeluarga, penjual gerabag itu pun mulai  meninggalkan usia paruh bayanya. Ketika anakku memasuki usia sekolah si penjual yang sudah menginjak tua itu diganti wanita muda yang mengajak balitanya.  Si penjual memang berganti-ganti generasi, tapi tak ada ekspansi barang dagangan. Macam dan bentuknya itu-itu saja.  Wajan dan anglo tanah liat, kipas dan keranjang bambu,  kendil atau kuali dari yang terkecil hingga yang besar, parut kayu dan tusuk sate, aneka sikat keramik, sapu ijuk dan lidi. Pembelinya hanya satu dua bahkan lebih sering tak ada.  Tak jauh darinya ada kios ikan segar dan daging ayam potong yang dirubung pembeli setiap pagi.   
ilustrrasi produksi gerabah
Sementara itu, di pinggir jalan yang kulewati setiap kali ke pasar muncul aneka bentuk pusat perdagangan baru, mulai dari outlet dengan aneka gerobak cantik sampai minimarket dengan sistem franschise maupun toko-toko besar  milik perorangan.  Aku jadi ingat si penjual gerabah, mampukah ia memasuki alur perdagangan yang ekspansif seperti ini.  Aku sadar dan sudah tahu jawabannya pasti tidak!  Suatu malam aku bermimpi, si bayi yang diajak berjualan di kios gerabah mendatangiku.  Usianya telah menginjak remaja.  ia mengeluh lalu menangis tersedu, terbata-bata ia berkata dan bertanya padaku: "Bu aku tak mau jadi penjual gerabah bila besar nanti.  Adakah solusi untukku?"  Tak tega aku untuk berkata tidak.  "Any idea guest?"  Help me please.......         

8 komentar:

Septian mengatakan...

I like this post, really :D

Ya, memang kita ini harus terus berpacu dengan bertambahnya waktu dan berkembangnya zaman. Jika kita tetap seperti dulu tanpa mengubah atau mengikuti perkembangan zaman, bisa dibilang kita akan kalah. Intinya kita harus kreatif dalam hidup

Nah, kalo
"Bu aku tak mau jadi penjual gerabah bila besar nanti. Adakah solusi untukku?"
Aduh, ini pertanyaan sulit saya rasa...

sibutiz mengatakan...

saya juga gak bisa jawab pertanyaan itu kawan,,,

nice post...
i like it..

Unknown mengatakan...

salam sahabat
wadouh makasih yach baru dateng da folow komeng n oasang links untuk links anda menyusul maaf masih kerja xixixi penjual gerabah ini skarang langka yach menurut saya karena saya hapir tidak pernah menjumpai penjual gerabah

ernaningtyas mengatakan...

Trimakasih atas komentar Anda yang bagus. Penjual gerabah di pasar dekat rumahku memang seperti itu, turun temurun dan tidak populer. Aku iba melihatnya. Di pasar lain banyak yang sudah gulung tikar, jadi sulit dijumpai lagi seperti pengalaman Mbah Dhana.

Unknown mengatakan...

Sungguh sebuah pertanyaan yang butuh waktu untuk menjawabnya...
"Bu aku tak mau jadi penjual gerabah bila besar nanti".
"katakan iya nak jika kau tidak mau maka tuntutlah ilmu setinggi mungkin dan jdilah org yg berfikiran maju kau punya bakat tersendiri yg d ilhami oleh tuhan itu bsa kau kembangkn carilah jati dri mu, aku akan membantu sekuat mungkin utk mnjdi kn mu org yg besar dan tidak jdi penjual gerabah..."
Walaupun akhirx dia akn menjdi penjual gerabah bukan berarti ia tdak akn maju siapa tau rezki yg sbenar itu ada pdax ???
Jangan pernah takut untuk mencoba 'n bermimpi.. hidup berawal dri mimpi" kecil hingga akhirx jdi kenyataan satu/satu... Jika kita berkata tidak mampu menjadi penjual gerabah yg profesional 'n maju maka kta tak akn pernah maju... tpi kta kn lah kta mampu 'n akn bsa mnjdi penjual gerabah yg hebat 'n profesional... gerabah bsa di ubh 'n lbh di modern kn tergantung ke kreatifan kita...
jangan pernah putus asa kwan.. teruslah maju 'n berjuang untuk hidup... pekerjaan appun tidak akn mmpengauhi kta utk maju jka kta bersungguh2...

baca juga pengalaman hidup saya...
by: anak kampung ( iif ).

story song mengatakan...

Kisah penjual gerabah,satu sisi bicara bisnis tentu menjadi cerita miris, disisi lain sebagai pelaku budaya,dia berjuang mempertahankan eksistensi budaya itu sendiri. Sebagai pelaku industi, gerabah pabrik dengan sentuhan nilai seni tinggi bertengger di meja hotel.Suatu kisah yg pilu kawan. Oh ya, saya dah follow.

Ernaningtyas mengatakan...

@Syaifullah and @Story Song thanks atas komentarnya. Pencerahan luar biasa dari Anda berdua.

Kaki Diabetes mengatakan...

nice post

Posting Komentar

Saya berharap kesediaan Anda untuk mengomentari setiap postingan saya. Setiap komentar Anda, sangat saya hargai. Terima kasih.