Ruang ini memuat profil manusia tua muda, anak-anak, kakek, nenek, bapak-bapak, ibu-ibu yang sedang:
- melakukan aktivitas sehari-hari (menimba air, petan atau cari uban, memasak di anglo/keren, merumput, menggembala kambing dll).
- bekerja di sektor tradisional (membajak sawah, menjajakan barang/jasa keliling, menarik becak, menjual dagangan di pasar tradisional, menambang pasir dengan peralatan sederhana, menyapu jalan, mencari sarang semut, memecah batu kali dll).
Contoh
Judul: Karyo Mendo
Namanya Karyo Mendo, tinggal di desa Glagahrejo, Kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta. Ayah enam anak ini tak memiliki pekerjaan tetap. Selagi muda ia bekerja serabutan, membersihkan atap rumah, memetik kelapa atau melinjo, menyiangi rumput di rumah tetangga, mengganti genteng bocor atau menambal talang. Pada tahun 70-an upahnya sebesar Rp 100-Rp 125 per hari. Jumlah itu cukup untuk membeli dua kilogram beras kualitas rendah, sepuluh potong tempe atau tahu dan dua ikat sayur beberapa macam bumbu. Jatah makan untuk delapan orang anggota keluarganya. Ada sisa Rp 5 untuk ditabung. Uang yang terkumpul menjadi dana cadangan jika tak ada pekerjaan. Bila tabungan kosong dan tetap belum ada order pekerjaan ia akan menggali lubang utang ke rentenir. Pada tahun 80-an, upahnya naik menjadi sekitar Rp 1000-1500 per hari. Kenaikan mata uang ini tak menaikkan taraf hidupnya. Jumlah itu hanya cukup untuk membeli dua kg beras kualitas rendah, sepuluh potong tempe dan sepuluh potong tahu, dua ikat sayur dan beberapa macam bumbu. dst-dst.....
- melakukan aktivitas sehari-hari (menimba air, petan atau cari uban, memasak di anglo/keren, merumput, menggembala kambing dll).
- bekerja di sektor tradisional (membajak sawah, menjajakan barang/jasa keliling, menarik becak, menjual dagangan di pasar tradisional, menambang pasir dengan peralatan sederhana, menyapu jalan, mencari sarang semut, memecah batu kali dll).
Contoh
Judul: Karyo Mendo
Namanya Karyo Mendo, tinggal di desa Glagahrejo, Kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta. Ayah enam anak ini tak memiliki pekerjaan tetap. Selagi muda ia bekerja serabutan, membersihkan atap rumah, memetik kelapa atau melinjo, menyiangi rumput di rumah tetangga, mengganti genteng bocor atau menambal talang. Pada tahun 70-an upahnya sebesar Rp 100-Rp 125 per hari. Jumlah itu cukup untuk membeli dua kilogram beras kualitas rendah, sepuluh potong tempe atau tahu dan dua ikat sayur beberapa macam bumbu. Jatah makan untuk delapan orang anggota keluarganya. Ada sisa Rp 5 untuk ditabung. Uang yang terkumpul menjadi dana cadangan jika tak ada pekerjaan. Bila tabungan kosong dan tetap belum ada order pekerjaan ia akan menggali lubang utang ke rentenir. Pada tahun 80-an, upahnya naik menjadi sekitar Rp 1000-1500 per hari. Kenaikan mata uang ini tak menaikkan taraf hidupnya. Jumlah itu hanya cukup untuk membeli dua kg beras kualitas rendah, sepuluh potong tempe dan sepuluh potong tahu, dua ikat sayur dan beberapa macam bumbu. dst-dst.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya berharap kesediaan Anda untuk mengomentari setiap postingan saya. Setiap komentar Anda, sangat saya hargai. Terima kasih.